Hentikan Pembuangan Sampah di Teluk Joutefa untuk
Keamanan Panganmu!
Teluk Joutefa adalah salah satu kawasan yang
menyimpan sejuta rahasia, mulai dari gunung Wilouw
yang menjulang tinggi hingga hamparan mangrove dan sagu dari sekitar kampung T’bati,
Indjros, dan Nafri. Karena keindahan dan kekayaan inilah pemerintah Indonesia menetapkan
kawasan Teluk Joutefa sebagai kawasan wisata alam dengan nama Kawasan Wisata
Alam Teluk Joutefa, salah satu dari sekian banyak kawasan konservasi di Tanah Papua.
Kawasan Wisata Alam Teluk Joutefa ditetapkan pertama kali sebagai kawasan
konservasi melalui Surat Keputusan
Menteri Pertanian nomor : 372/Kpts/ Um/6/1978 tanggal 9 Juni 1978.
Kemudian pada tahun 1996, status hukum Kawasan Teluk Joutefa diperkuat dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 714/Kpts-II/1996
tanggal 11 Nopember 1996, tentang Penetapan Kawasan Teluk Joutefa sebagai Kawasan
Konservasi dengan peruntukan sebagai Taman Wisata Alam, seluas 1.675 hektar. Secara
Geografis kawasan Taman Wisata Alam Teluk Joutefa terletak antara 02°31´00¨ –
02°42´00¨ lintang selatan, serta 142°37´00¨ – 142°48´ 00¨. Karena letak
kawasan Wisata Alam Teluk
Joutefa di tengah-tengah kawasan perkotaan dari kota Jayapura, Papua, tantangannya
menjadi semakin besar sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk dan
pembangunan. Sayangnya, hal ini menyebabkan beberapa habitat penting dalam
kawasan Wisata Alam teluk Joutefa rusak
dan airnya menjadi terpolusi. Salah satu dari berbagai penyebab tersebut adalah
pembuangan sampah kota Jayapura secara langsung ke dalam sungai dan laut di
kawasan teluk Joutefa.
Sebagai akibat dari pembuangan
sampah tersebut, ada sekurangnya 3 kampung tradisional dari penduduk asli Papua Barat (Indjros, T'bati and Nafri), secara langsung terdampak
oleh pembuangan sampah kota Jayapura tersebut. Hal ini menyebabkan penduduk
asli di tiga kampung mulai mengalami berbagai masalah lingkungan juga kesehatan.
Aroma dari teluk Joutefa yang selama berabad-abad memberi kesegaran bagi
penduduk ketiga kampung mulai berubah menjadi bau sampah. Penduduknya bahkan
mulai merasa gatal-gatal ketika berenang
di pantai-pantai sekitar kampung mereka di teluk Joutefa. Ketika air surut,
dasar laut dari setiap rumah panggung
penuh dengan sampah rumah tangga seperti plastik, kaleng, kasur, dll.
Bisa dibayangkan berapa banyak organisme dan binatang laut di teluk Joutefa
yang mati atau terkontaminasi oleh sampah yang kemungkinan besar mengandung
logam berat yang terakumulasi dan ikan yang dimakan oleh penduduk. Apalagi, ada
dugaan, sampah rumah sakit dari Rumah Sakit Umum Daerah Abepura turut
menyumbang pencemaran tersebut. Karena itu penelitian mendalam terkait hal ini
sangat dibutuhkan mengingat sampah rumah
sakit mengandung banyak bahan kimia berbahaya.
Terlepas dari itu, mentalitas dan perilaku
manusia yang menghuni kota Jayapura, secara khusus yang hidup di bantaran
sungai-sungai yang bermuara ke teluk Joutefa perlu diingatkan bahwa resiko
tertinggi dari pembuangan sampah ke dalam sungai yang kemudian mencemari
perairan teluk Joutefa akan berpengaruh terhadap keamanan pangan dari seluruh
penduduk kota Jayapura dan Sentani yang mengkonsumsi makanan laut yang berasal
dari teluk Joutefa dan Humboldt.
Karena itu, bagi kaum muda perlu
diingatkan untuk menjaga kebersihan Lingkungan karena Lingkungan ini akan menjadi
warisan yang akan ditempati dan dinikmati oleh mereka di masa depan. Kepada penduduk
yang mendiami pinggiran sungai agar lebih bijak dalam membuang sampah karena
dengan demikian mereka telah turut membantu menjaga keamanan pangan mereka
sendiri. Sedangkan, bagi rumah sakit atau klinik yang ada di sekitar kota
Abepura dan Entrop agar tidak membuang sampah secara langsung ke dalam sungai
yang mengalir ke teluk Joutefa tanpa proses pengolahan, karena sampah tersebut
sangat beracun dan dapat membunuh umat manusia yang ada di kota Jayapura bahkan
Sentani yang selalu mengonsumsi ikan dan bahan makanan laut lainnya yang
diambil dari teluk Joutefa dan Humboldt.
Jadi,
marilah kita sama-sama hentikan pembuangan sampah di kali atau sungai yang
bermuara ke teluk Joutefa karena pasti keamanan pangan kita akan terganggu.
Semoga!
Ditulis oleh DeYo